Tambang Galian C Ditutup, Pemerintah Diminta Lebih Obyektif dan Adil

Ketua Asosiasi Tambang Galian C Lotim, H. Maidy

LOMBOK TIMUR - Aksi unjuk rasa sejumlah warga Korleko, Kecamatan Labuhan Haji, Lombok Timur, Senin (30/9) menyisakan masalah baru. Tudingan pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah tambang galian C sejatinya dikuatirkan warga bisa berdampak negatif. Namun, pertentangan itu dibantah oleh Ketua Asosiasi Penambangan Galian C Lombok Timur, H. Maidy.  Pembuangan limbah yang dikhawatirkan warga sebenarnya sudah ada kesepakatan bersama.


Menurut mantan anggota DPRD Lombok Timur dari Partai Gerindra itu, keberadaan tambang galian C justru berdampak luas. Tidak hanya menciptakan lapangan pekerjaan atau meningkatkan taraf ekonomi masyarakat bahkan mampu memberikan sumbangan Pendapatan Asli Daerah (PAD).


Aksi penolakan tambang pasir oleh warga Korleko akibat limbah yang dibuang melalui sepanjang kali Rumpang, bukanlah hal baru. Kesepakatan yang telah dibuat bersama masyarakat sebelumnya dinilai punya tendensi kuat.


Pemerintah dan aparat keamanan seharusnya lebih obyektif dan realistis untuk menutup tambang galian C. Kendati demikian, bukan tidak mustahil justru akan menimbulkan masalah baru yang lebih luas.


"Jumlah anggota asosiasi kami 78 orang dan hanya 42 yang sudah memiliki izin lengkap. Sisanya masih berproses. Kami juga berharap pemerintah dan aparat keamanan lebih obyektif dan adil dalam bersikap," jelas Maidy kepada wartawan, belum lama ini.


Menyikapi aksi protes warga yang menutup areal lokasi tambang, Maidy justru telah bersepakat atas pembuangan limbah yang dilakukan pada setiap malam Rabu dan malam Minggu melalui daerah aliran kali Rumpang.


Lebih jauh Kepala Desa Bagik Papan, Kecamatan Pringgabaya itu mengungkapkan, ada banyak hal akan berimbas pada penutupan tambang galian C. Selain menutup aktifitas ekonomi di lokasi sekitar tambang, akan bermunculan angka pengangguran baru. Bahkan lebih parahnya lagi, timbulnya aksi kejahatan lantaran sudah tidak memiliki pekerjaan lain.


"Imbas ini yang sangat kami khawatirkan. Kami berusaha menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar sehingga perekonomian warga bisa terangkat," ujarnya.


Bisa dibayangkan, jelas Maidy, multiflier effect atas aktifitas penambangan cukup besar. Kios-kios warga sepanjang jalan menuju areal tambang selalu ramai dibeli oleh para sopir tambang. Pendapatan masyarakat bisa mencapai Rp. 3 jut per hari lantaran para sopir membelanjakan uangnya sambil menunggu giliran mengangkut bahan material. 


Dan terpenting lagi, areal warga yang sebelumnya tidak produktif kini bernilai ekonomis karena materialnya dipesan. Dan secara tidak langsung mencetak sawah baru bagi warga setempat. (CN)

0 Komentar